Jumat, 13 Mei 2016

Mengenang Sejarah Kejayaan Pulau Rempah-Rempah, Ternate dan Tidore

ternate-tidore

Di artikel kali ini Jauhdekat.com ingin mengajak kamu menjadi sejarawan dadakan dengan mengunjungi jejak-jejak sejarah yang ada di Ternate dan Tidore. Namun sebelumnya, yuk kita mengenang sedikit kejayaan kepulauan rempah-rempah,Ternate dan Tidore yaitu mulai dari masuknya Islam ke wilayah tersebut hingga datangnya duo penggemar rempah-rempah Nusantara, Portugis dan Spanyol, ke Maluku Utara.
The Spice Islands
Kepulauan Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang ngetop abis sampai-sampai mendapat julukan “The Spice Islands” dan Maluku Utara adalah homebase terbesarnya sehingga menjadikannya kawasan terpenting di Indonesia. Cengkeh dan Pala adalah jenis rempah yang paling banyak diperdagangkan. Oleh karenanya komoditi  yang satu ini menjadi primadona bagi saudagar Arab, Asia hingga Eropa. Mereka berduyun-duyun datang dan masuk ke wilayah Maluku untuk berdagang. Tidak main-main, barang-barang yang dibawa oleh para saudagar tersebut itupun bernilai sangat tinggi seperti kain sutera dari Tiongkok, kain katun khas India hingga kopi Arab untuk kemudian ditukar (barter) dengan rempah-rempah. Meski pada awalnya proses perdagangan barter ini berjalan dengan baik namun seiring terjadinya praktek politik monopoli perdagangan yang  kemudian mengakibatkan kemunduran di berbagai bidang hingga mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Kondisi inilah yang nantinya membentuk perkembangan dua kerajaan Islam yang sangat berpengaruh dalam sejarah Maluku Utara, Ternate dan Tidore.
Pengaruh Islam dan Kerajaan Islam di Ternate Tidore
Meski tidak ada  sumber resmi mengenai kapan masuknya Islam ke Maluku Utara namun bisa dibilang erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Hubungan ekonomi antara pedagang di Maluku dan di Pulau Jawa pun terjalin sangat akrab meski wilayah mereka saling berjauhan, seperti meniru kata pepatah jauh di mata dekat di kantong. Dari hubungan kedua belah pihak inilah yang mempengaruhi proses penyebaran Islam disana. Seiring dengan ramainya perdagangan di wilayah Maluku Utara tersebut maka berdatangan pula para pendakwah Islam dari Pulau Jawa khususnya Jawa Timur. Dari sinilah kemudian terbentuk dua kerajaan Islam paling berpengaruh yaitu Ternate dan Tidore serta dua kerajaan Islam lainnya, Jailolo dan Bacan.
Kesultanan Ternate dibawah kepemimpinan Sultan Zainal Abidin, yang merupakan putra penguasa Ternate ke-18 sekaligus raja pertama yaitu Kolano Marhum. Sedangkan Kesultanan Tidore yang pada awalnya dipimpin oleh Sultan Jamaluddin kemudian digantikan dengan putra sulungnya yaitu Sultan Mansur.
Portugis dan Spanyol
Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore sebenarnya lebih banyak diwarnai persaingan dagang yang tidak sehat sebab keduanya saling mengklaim sebagai kerajaan penghasil rempah-rempah terbanyak di Maluku Utara. Kondisi persaingan makin diperparah dengan masuknya Portugis dan Spanyol ke wilayah tersebut. Persaingan makin sengit dengan terjalinnya persekutuan Ternate dengan Portugis dan Tidore dengan Spanyol. Persaingan dagang ini lama kelamaan membawa kemunduran bagi Ternate dan Tidore.
Walaupun begitu kedua kerajaan tersebut sempat mencicipi masa kejayaannya. KerajaanTernate dibawah pimpinan Sultan Baabullah dan Kerajaan Tidore dibawah kepemimpinan Sultan Nuku. Bahkan dibawah kepemimpinan kedua Sultan tersebut Portugis dan Spanyol dan berhasil di usir keluar dari kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebagai akibat masuknya VOC bentukan Belanda yang mampu menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku Utara.
Wisata Budaya
Sebagai kawasan dengan latar belakang sejarah penting di Indonesia, Maluku Utara rupanya tak begitu banyak mewariskan karya budaya selain peninggalan sejarah berupa bangunan dan upacara adat istiadat serta kesenian tradisional. Bisa jadi hal ini dikarenakan kondisi kehidupan masa lampau rakyat Maluku yang lebih banyak didominasi aktivitas perdagangan.

Ternate
Atraksi wisata yang cukup populer adalah Festival Legu Gem. Merupakan event tahunan yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Sultan Ternate, Dr.H.Mudaffar Sjah, Msi. Meski beliau sendiri telah wafat pada 19 Februari 2015 lalu, Festival ini tetap berlangsung namun dalam balutan suasana khidmat dengan diadakannya Tabligh Akbar. Seakan mengikuti tren batu akik yang sedang naik pamor belakangan ini, pada Festival Legu Gem tahun ini tak ketinggalan ikut dipamerkan batu-batu mulia khas Maluku. Wah, bayangkan betapa serunya jika kamu menghadiri sendiri Festival ini, bisa dipastikan sejauh mata memandang akan terlihat bongkahan batu warna warni menghiasi jemari setiap pecinta batu akik.
Ternate juga memiliki budaya Upacara Adat Kololi Kie, sebuah upacara ritual mengelilingi gunung Gamalama dengan maksud bentuk hormat Sultan kepada para leluhurnya.
Situs bersejarah yang menjadi daya tarik Pulau Ternate ini adalah peninggalan kolonial berupa benteng, keraton (kadaton) dan masjid.
  1. Benteng Kalamata
Benteng berusia 400 tahun lebih ini adalah peninggalan Portugis dan dulunya bernama Santa Lucia yang kemudian lebih dikenal dengan Kalamata. Benteng Kalamata ini berada di lokasi yang  sangat sedap di pandang mata. Dibangun persis di pinggiran laut tenang dengan pemandangan Pulau Tidore. Sungguh pemandangan yang syahdu dan mempesona.
  1. Kedaton Kesultanan Ternate
Bangunan kedaton yang dibangun pada tahun 1813 ini terletak di atas Bukit Limau Santosa dan dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali. Di dalam kedaton ini terdapat singgasana Sultan yang bercora kuning keemasan dan beberapa barang bersejarah koleksi Sultan mulai dari Al Qu’ran yang ditulis tangan tertua di Indonesia, mahkota , pakaian adat tradisional hingga senjata perang dan kumpulan hadiah dari penguasa Belanda dan Portugis masa itu.
  1. Masjid Kesultanan Ternate
Masjid tua ini terletak tak jauh dari Kadaton Kesultanan Ternate. Meski belum ada keterangan valid kapan didirikannya bangunan berusia ratusan tahun ini namun cukup menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan timur Indonesia. Keunikan Masjid Kesultanan Ternate ini adalah larangan perempuan untuk memasuki masjid tersebut. Aturan ini pun sudah berlaku sejak Kesultanan Ternate berdiri sampai sekarang.
  1. Benteng Tolukko
Benteng ini juga peninggalan Portugis saat menduduki Ternate. Benteng Tolukko juga dikenal sebagai Benteng Santo Lucas dan Benteng Hollandia. Konon benteng ini dibangun khusus untuk mengawasi perdagangan rempah-rempah dan tempat melarikan diri dari serangan Spanyol. Meski sudah berusia ratusan tahun Benteng Tolukko masih terlihat kokoh dan terawat. Belum lagi kebun bunga yang terawat dan tertata rapi dengan pemandangan laut tenang menambah perasaan damai saat berdiri di atas benteng Tolukko. Bagian sisi  belakang benteng tersebut pun tak kalah cantiknya, kamu akan menemukan pemandangan kapal-kapal lalu lalang dilatar belakangi Pulau Halmahera dan Pulau Tidore.
Beberapa peninggalan berupa bangunan bersejarah lainnya adalah Benteng Oranje, Kastela, Kota Janji, Bebe, Kota Naka, dan Takome. Meski ternyata jumlah aslinya lebih banyak namun sayang jejak peninggalan benteng-benteng tersebut hampir tak tersisa.
Bentuk warisan budaya berupa tarian khas Ternate adalah Tarian Soya-Soya, sebuah tarian heroik untuk menyambut pasukan perang selepas bertempur dan menggambarkan perjuangan rakyat Ternate mengusir Portugis. Kata ‘soya-soya’ artinya kurang lebih ‘semangat pantang’.
Tidore
Untuk menuju Pulau Tidore kita bisa menumpang speedboat ataupun feri dari pelabuhan Bastiong di Ternate dengan tujuan Pelabuhan Rum di Tidore. Lama penyeberangan kurang lebih 30 menit jika menggunakan feri dan 15 menit dengan speedboat.
Situs sejarah penting yang ada di Tidore adalah Benteng Tahula Soa Sio dan  Benteng Tore. Sayangnya agak susah untuk melihat bentuk asli kedua benteng tersebut karena kondisinya yang nyaris rata dengan tanah. Hanya Benteng Tore yang masih terlihat sisa-sisanya dan saat ini masuk dalam tahap renovasi. Peninggalan sejarah lainnya adalah Kadaton Kie Kesultanan Tidore sebagai pusat kekuasaan Kesultanan Tidore. Selain benteng dan kadaton, situs sejarah penting yang ada Di Pulau Tidore adalah Titik Nol/Tugu Pendaratan bagi pelayaran Ekspedisi Kerajaan Spanyol  yang dipimpin oleh Juan Sebastian Elcano. Di kalangan sejarawan ekspedisi ini juga dikenal dengan sebutan Magellan & Elcano Expedition. Situs ini berada di dekat Pelabuhan Rum.
Menarik sekali ya membaca sejarah singkat Ternate dan Tidore ini. Dan siapa sangka kita juga bisa mengunjungi peninggalan bersejarah seperti yang diceritakan dalam sejarah tentang kedua kerajaan Islam terbesar di masa lampau tersebut. Nah, mulai sekarang, rencanakan liburanmu dan pergi ke tempat baru yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya. Ternate-Tidore! Here I Come!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar